VIRUS PARAINFLUENZA
Virus Para Influenza merupakan virus patogen yang
menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bagian
vawah pada anak-anak dan orang dewasa. Virus ini berbentuk sferik atau
pleomorfik yaitu mempunyai ukuran yang lebih besar dengan diameter 150-300 nm.
Patogenesis
Proses infeksi
parainfluenza di mulai dari penempelan virus pada reseptor asam sialat yang terdapat pada permukaan sel hospes,setelah itu protein
mengkatalis fusi selubung virus dengan
membran sel hospes dan terjadi pelepasan selubung virus dan nukleokapsid masuk
ke dalam sitoplasma sel hospes.
Sebagian besar penduduk dunia pernah mengalami infeksi para influenza,baik berjangkit secara
epidemis maupun secara sporadis, trAnsmisi virus melalui beberapa cara antara
lain melalui kontak langsung dengan penderita, sekret hidung, saluran
pernapasan dan muntahan.
Gejala klinik
Virus parainfluenza bersifat tanpa gejala dan menyerang
remaja dan orang dewasa. Masa inkubasi berlangsung antara lain adalah demam,
rinitis, faringitis, batuk dan sesak napas. Virus parainfluenza yang paling
sering menyebabkan wabah laryngotracheobronhitis adala virus parainfluenza tipe
1 dan tipe 2 terutama pada musim gugur dan awal musim semi. Sedangkan virus
parainfluenza tipe 3 menyebabkan bronkitis pada anak anak umur kurang dari
kurang dari 2 tahun, sedangakn tipe 4 sering menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas.
Diagnosis Laboratorium
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara mendeteksi viral
dengan cara radioimunoesai,ELISA,fluoro-imunoesai. Spesimen klinik yang
digunakan adalah sekret nasofaring atau swab tenggorokan.
Pemeriksaan antibodi dilakukan dengan uji hambatan
hemaglutinasi. Infeksi positif jika terjadi peningkatan 4 kali titer antibodi
antara fase infeksi akut dan mas konvalensen.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Terapi suportif yang
diberikan antara lain antipiretik dan pelega saluran pernapasan untuk
laryngotracheobronchitis. Sedangkan kasus yang sedang dan berat diberika
efineprin dan cortikosteroid.
Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara hidup bersih,
mencuci tangan dengan cairan antiseptik dan sabun, serta mencegah terjadinya
penularan melalui infeksi nosokomial.
RESPIRATORY SYNCYTIAL VIRUS ( RSV )
Virus ini termasuk dalam famili paramyxoviridae,genus
pneumovirus yang di dapatkan pertama kali pada simpanse dan dapat menginfeksi
manusia. Partikel virus berbentuk pleomorfik mempunyai ukuran 100-350 nm,
mengandung asam nukleat RNA untai tunggal dengan polaritas negatif. Terdiri
dari 2 protein nonstruktural dan 8 protein struktural.
Protein selubung terdiri dari 2 glikoprotein yaitu protein F
yang berfungsi untuk fusi partikel sel virus dengan sel hospes dan fusi antar
sel-sel yang terinfeksi dan sekitarnya sehingga membentuk syncytia an protein G
yang berperan penting pada proses penempelan virus dengan sel hospes.
Patogenesis
Virus Respiratory syncytial melekat pada sel mukosa hidung
dan saluran pernapasan melalui protein G dan setelah menempel pada mukosa
protein F yang terdapat pada selubung virus akan melakukan fusi dengan membran plasma sel hospes. Virus yang
telah bermultiplikasi dapat menyebar dari sel yang terinfeksi dapat
menyebar dari sel yang terinfeksi dari
saluran pernapasan atas ke saluran pernapasan bagian bawah dan juga dapat
menginfeksi mata.
Endema meningkatkan sekresi musin pada sel-sel mukosa karena
adanya nekrosis sel yang dapat menimbulkan debris sehingga terjadi kokritis
pada bronkus, sedangkan respon lgE yang meningakat dapat menyebabakan
hipersensitifitas yang dapat memperparah infeksi.
Pada bayi sebelum berusia 4 tahun RSV menyebabkan infeksi
saluran pernapasan bagian bawah dan
menimbulkan bronkiolitis. Transmisinya seringakali ditularkan secara
nosoklomial di rumah sakit.
Gejala klinik
Masa inkubasi berkisar antara 2-8 hari.gejala di mulai dari
saluran pernapasan atas yakni demam, rinitis, faringitis sedangkan saluran
pernapasan bagian bawah di tandai dengan bronkiolitis dan pneumonia. Infeksi
lain antara lain batuk, tachypnea, hipoksemia dan sianosis,yang ditemukan
setelah beberapa hari. Pada bayi sering ditemukan sesak napas ,
laryngotracheobronchitis, rewel dan otitis media. Pada masa kehamilan kurang
dari 3 minggu dapat menyebabkan kelainan hati dan janin.
Diagnosis laboratorium
Spesimen klinik berupa bilasan hidung atau swab tenggorokan
dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus penyebab infeksi dengan cara
imunofluoresensi dan ELISA. Kultur virus dapat dilakukan dengan menggunakan sel
Hela, sel Hep-2 dan sel ginjal monyet. Efek sitobatik dapat dilihat pada sel
kultur setelah 2-5 hari.
Pengobatan
Pengobatn suportif biasanya dilakukan dengan pemberian
infus, oksigen, bantuan pernapasan. Pada infeksi berat pada bayi prematur dan
penderita yang imunokompromais diberikan ribavirin dan analog guanosin aerosol.
Pencegahan dilakukan dengan pola hidup sehat. Selalu mencuci
tangan dan penggunaan baju pelindung, sarung tangan, tutup kepala dan masker
bagi para tenaga kesehatan. Pada bayi yang rentan terhadap RSV diberikan
suntikan globuli hiperimun.
ADENOVIRUS
Virus ini pertama kali ditemukan pada adenoid manusia dari proses isolasi dan kultur sel
jaringan.Adenovirus tahan terhadap kondisi lingkungan, pada pH rendah, enzim empedu dan enzim proteolitik
lainnya.sehingga virus ini dapat bereplikasi dengan baik pada saluran
pernapasan dan saluran pencernaan.
Patogenesis
Adenovirus pertama kali menyerang sel epitel mukosasaluran
pernapasan dan beberapa sel lainnya
seperti konjungtiva, gastrointestinal dan saluran genitalia. Penempelan virus
pada sel hospes melalui protein fiber. Replikasi dan multiplikasi adenovirus
dalam sel hospes dapatt menimbulkan kerusakan sel hospes antara lain lisis yang
menyebabkan kematian sel,infeksi laten yaitu virus tetap hidup tetapi tidak
menimbulkan kematian sel yaitu pada jaringan limfoid, tonsil, adenoid, dan
peyers patches, Transformasi onkogenik
pada sel dimana virus dapat berkembang biak tanpa menyebabkan kematian
sel hospes.
Gejala Klinik
Adenovirus pada umumnya bersifat subklinik yaitu dapat
sembuh dengan sendiri dan menimbulkan respon imun spesifik. Masa inkubasi
berkisar antara 2-14 hari. Wabah infeksi adenovirus sering terjadi di barak-barak militer, pengguna koolam
renang umum, asrama, rumah sakit dan tempat-tempat umum lainnya.
Penularan penyakit melalui percikan pada waktu bicara, batuk
atau bersin, melalui fekal-oral dan muntahan. Wabah ini sering terjadi pada
akhir musim dingin dan pada waktu musim
panas.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terutama bagi tenaga kesehatan yang
merawat penderita, desinfeksi kolam renang umum, sterilsasi peralatan dan alat
bantu medis, kebiasaan mencuci dan berperilaku hidup sehat. Pemberian imunisasi
dapat dilakukan dengan vaksin oral untuk adenovirus tipe 4,7,21 yang telah
tersedia.
RHINOVIRUS
Rhinovirus merupakan virus RNA untai tunggal yang tidak
berselubung termasuk dalan famili picornaviridae. Merupakan penyebab penyakit
selesma ( common cold )dan infeksi saluran pernapasan atas. Hospes alamiah dari
Rhinovirus adalah manusia dan satu-satunya binatang yang peka terhadap rhinovirus
adalah simpanse. Rhinovirus galur H hanya berkembang biak lebih stabil pada
manusia , Rhinovirus galur M berkembang biak pada sel kera,setelah masuk
melalui hidung.
Gejala klinik
Pada manusia hanya terjadi pada saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala flu biasa. Masa inkubasi berkisar antara 2-4 hari. Gejala
umum yang sering terjadi adalah sakit kepala, bersin, suara parau, malaise,
hidung terasa tersumbat, batuk, trakeobronkitis dan jarang disertai demam.
Rhinovirus juga dihubungkan dengan beberapa kasus bronkopneumonia pada
anak-anak dan remaja.
Diagnosis Laboratorium
Cara praktis yang dianjurkan adalah isolasi virus dari
sekret nasofaring. Spesimen klinik berupa sekret nosofaring disimpan dalam suhu
dingin selama 0.5-3.5 jam untuk mengurangi infektifitas virus. Isolasi pertama
rhinovirus bisa dibiakkan pada kultur sel dari ginjal embrio manusia. Kultur
sel diploid manusia antara lain sel WI-26 dan WI-38, pertumbuhan optimal adalah
rhinovirus dibiakkan berulang menggunakan medium dengan pH netral dan di
inkubasi pada 330C. deteksi cepat dapat dilakukan dengan pemeriksaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar