Rabu, 07 Desember 2011

HORMON KELENJAR TIROID

BAB I
PENDAHULUAN

            Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang mengatur homeostasis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.
            Sistem hormone (sistem endoklin = sistem kelenjar buntu) yaitu sistem yang terdiri atas kelenjar-kelenjar yang melepaskan sekresinya ke dalam darah. Hormon berperan dalam pengaturan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan tingkah laku.
            Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Contoh efek hormon pada tubuh manusia:
1.      Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan  bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh  feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
2.      Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.
3.      Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ  seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah, (Ernawati, 2010).



BAB II
ISI

            Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin  terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya, (Anonim, 2011).
                      

            Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar, yang normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram. Tiroid mengsekresikan tiga macam hormon, yaitu tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan kalsitonin, (Anonim, 2009).
           
            Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis sampai vertebra thorakalis. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira-kira  25 gram tetapi bervariasi pada tiap individu,(Ranisa, 2010).   
           
            Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:
1.      Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2.      Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormone tiroid.
Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik, (Irwanashari, 2011).
            Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus) dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.
            Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel, (Anonim, 2011).
   Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
  • Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
  • Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
  • Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
  • Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:
  1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).
  2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang berjauhan.
Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid
  1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan reseptornya di inti sel.
  2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin trifosfat) meningkat.
  3. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
  4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:
  1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
  2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.
  3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.
Efek dari hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama pascalahir. Bila janin tidak dapat mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak tetap berukuran lebih kecil daripada normal, (Alfarisi, 2011).
            Beberapa kelainan yang menyerang kelenjar tiroid juga menyebabkan pembesaran kelenjar (keadaan ini disebut goiter atau gondok). Gondok bisa timbul jika kelenjar tiroid kurang aktif (menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid) atau terlalu aktif (menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid). Pembesaran kelenjar tiroid yang sudah ada sejak anak lahir disebut gondok kongenital. Sindroma Pendred adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan bisu-tuli dan gondok congenital, (Anonim, 2011).






GEJALA
Gejala-gejala penyakit tiroid antara lain :

Hipertirodisme
Hipotirodisme
Denyut jantung yang cepat
Denyut nadi yang lambat
Tekanan darah tinggi
Suara serak
Kulit lembab dan berkeringat banyak
Berbicara menjadi lambat
Gemetaran
Alis mata rontok
Gelisah
Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan
Tidak tahan cuaca dingin
Sulit tidur
Sembelit
Sering buang air besar dan diare
Penambahan berat badan
Lemah
Rambut kering, kasar, tipis
Kulit diatas tulang kering menonjol dan menebal
Kulit kering, bersisik, tebal, kasar, kulit diatas tulang kering menebal dan menonjol
Mata membengkak, memerah dan menonjol
Sindroma trowongan karpal
Mata peka terhadap cahaya
Kebingungan
Mata seakan menatap
Depresi
Kebingungan
Demensia
(Anonim, 2011).

1.      Hipotiroidisme.
Penyebabnya adalah gangguan antibodi, timbul akibat autoimunitas yang berkembang terhadap jaringan tiroid. Hipotiroidisme terjadi jika kelenjar tiroid tidak dapat memehuhi kebutuhan tubuh akan hormon tiroid. Gejala pada anak-anak dan remaja berbeda dengan gejala pada dewasa.
Pada bayi baru lahir, hipotiroidisme menyebabkan kretinisme (hipotiroidisme neonatorum), yang ditandai dengan:
-  jaundice (sakit kuning)
-  nafsu makan yang buruk
-  sembelit
-  suara menangis yang serak
-  hernia umbilikalis (penonjolan pada pusar)
-  pertumbuhan tulang yang lambat.

 Jika tidak segera diobati, hipertiroidisme bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
Hipotiroidisme pada masa kanak-kanak (hipotiroidisme juvenil) menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, kadang menyebabkan tengan menjadi pendek. Perkembangan gigi juga tertunda.

          Pada semua bayi baru lahir, kadar hormon tiroid dalam darah secara rutin diukur pada umur 2 hari. Kepada bayi baru lahir yang menderita hipotiroidisme diberikan hormon tiroid untuk mencegah kerusakan otak. Kepada anak-anak dan remaja yang menderita hipotiroidisme juga diberikan hormon tiroid.
2.    Hipertiroidisme
          Hipertiroidisme terjadi karena kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Pada bayi baru lahir, penyebab dari hipertiroidisme yang paling sering ditemukan adalah penyakit Graves neonatorum. Penyakit ini bisa berakibat fatal dan bisa terjadi pada bayi yang ibunya menderita atau pernah menderita penyakit Graves. Penyakit Graves adalah suatu penyakit autoimun dimana tubuh menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid.
  Pada wanita hamil, antibodi ini bisa sampai ke janin dan merangsang kelenjar tiroid janin. Penyakit Graves pada ibu bisa menyebabkan lahir mati, keguguran atau kelahiran prematur.
Pada bayi baru lahir, gejala kelenjar tiroid yang terlalu aktif bisa timbul dalam waktu beberapa hari setelah lahir:
        -        berat badan tidak bertambah
        -       denyut jantung yang cepat
        -      tekanan darah tinggi
        -       rewel atau gelisah
         -     muntah
        -      diare.
Hipertiroidisme pada masa remaja (hipertiroidisme adolesens) menyerupai hipertiroidisme pada dewasa dan bisa menyebabkan tertundanya masa pubertas.
Gejala lainnya adalah:
     -  suara serak
     - berbicara lambat
     - kelopak mata turun
     - wajah bundar
     - rambut rontok
     - kulit kering
     - denyut nadi lambat
      - penambahan berat badan.



Gondok bisa menekan saluran udara dan mengganggu proses bernafas.
Kadar hormon tiroid yang tinggi bisa menyebabkan denyut jantung menjadi cepat yang selanjutnya dapat menyebabkan gagal jantung. Seperti halnya pada dewasa, pada bayi baru lahir, mata juga menonjol. Jika dilakukan pengobatan, pemulihan akan terjadi dalam beberapa minggu, tetapi bayi tetap memiliki resiko kekambuhan selama 6 bulan sampai 1 tahun. Kadar antibodi perangsang tiroid yang tetap tinggi juga dapat menyebabkan penutupan dini ubun-ubun, keterbelakangan mental, hiperaktivitas pada masa kanak-kanak dan pertumbuhan yang lambat. Hipertiroidisme diobati dengan obat propilthiouracyl, yang berfungsi menghambat pembentukan hormon tiroid.
Mungkin juga perlu dilakukan pengobatan terhadap gagal jantung.
Jika kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) sangat tinggi, mungkin perlu dilakukan transfusi darah gantidonor). (sejumlah darah bayi dibuang dan diganti dengan darah dari donor), (Anonim, 2011).
DIAKNOSIS
            Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif , maka kadar hormon ini rendah. Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4 yang bebas dalam darah. Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena kadar protein yang abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar hormon tiroid total. Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi. Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid. Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat. Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif. Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional. Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa, (Anonim, 2011).
           







BAB III
KESIMPULAN

1.   Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang mengatur homeostasis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.
2.   Hormon berperan dalam pengaturan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan tingkah laku.
3.   Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.
4.   Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar, yang normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram. Berdiameter 5 cm. Tiroid mengsekresikan tiga macam hormon, yaitu tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan kalsitonin.
5.   Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal fascia.
6.   Struktur ismus atau isthmus yang dalam bahasa latin artinya penyempitan merupakan struktur yang menghubungkan lobus kiri dan kanan. Posisinya kira-kira setinggi cincin trakea 2-3 dan berukuran sekitar 1,25 cm.
7.   Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus) dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.
8.   Kelainan kelenjar tiroid, yaitu Hipertiroidisme, Hipotiroidisme dan Kretinisme






DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi. 2011,Efek-Efek Kerja Hormon Tiroid Pada Tubuh.(on line)
            http://doc.alfarisi.blogspot.com/2011/04/efek-efek-kerja-hormon-tiroid-pada.html.
            Diakses: 10 Mei 2011
Anonim. 2011.Kelenjar Tiroid.(On line)
            http://mediacastore.com.penyakit131/kelenjar-tiroid.html. Diakses: 10 Mei 2011
Anonim. 2011.Kelainan Kelenjar Tiroid.(on line)
            http://www.tanyadokter.comdisease.Aspid=1001394.html. Diakses: 10 Mei 2011
Anonim. 2009.Kelenjar Tiroid dan Hubungannya dengan Yodium.(on line)
             http://bigword027.wordpress.com/2009/02/15/kelenjar-tiroid-dan-hubungannya-dengan- yodium.html. Diakses: 10 Mei 2011
Anonim. 2011.Makalah Kesehatan.(on line)
            http://physical.examination.org/Topicviewid-8893.html. Diakses: 10 Mei 2011
Anonim. 2011.Kelenjar Tiroid.(online) http://id.wikipedia.org/wiki/kelenjar-tiroid.html.
            Diakses: 06 Mei 2011
Ernawati, S. 2010.Hormon, Bahan Makalah Tentang Hormon.(on line)
            http://makalah89.blogspot.com/2010/11/hormon-bahan-makalah-tenteng-hormon.html.      Diakses: 10 Mei 2011
Irwanashari.2011.Kelenjar Tiroid.(on line) http://www.irwanashari.com/640/kelenjar-tiroid.html. Diakses: 10 Mei 2011

MAKALAH bakteriologi _ Klebsiela pneumonia

BAB I
       PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Infeksi dengan organisme Klebsiella terjadi di paru-paru, di mana mereka menyebabkan perubahan destruktif. Nekrosis, peradangan, dan perdarahan terjadi di dalam jaringan paru-paru, kadang-kadang menghasilkan,  darah, dahak berlendir digambarkan sebagai dahak jeli kismis. Rhinoscleroma dan ozena adalah 2 infeksi lain yang disebabkan oleh spesies Klebsiella. Penyakit ini jarang terjadi. Rhinoscleroma merupakan proses inflamasi kronis yang melibatkan nasofaring, sedangkan ozena adalah rinitis atrofi kronis yang ditandai dengan nekrosis mukosa hidung dan discharge hidung mukopurulen. Rinoskleroma merupakan organism kedua setelah infeksi klebsiella pneumonia,dan terbagi menjadi tiga stadium yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa. Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan (anterior).
Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.



B.     Tujuan

  Agar dapat lebih memahami tentang bahaya yang di timbulkan oleh  Klebsiella                   pneumonia,sehingga dapat memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Pneumonitis  merupakan masalah yang sangat kompleks, yang juga sering dilihat sebagai gambaran umum dari infeksi saluran pernafasan.
Di beberapa bagian dunia, K pneumoniae merupakan penyebab penting pneumonia komunitas-diakuisisi pada orang tua. Studi yang dilakukan di Malaysia dan Jepang memperkirakan laju insiden pada orang tua untuk menjadi 15-40%, yang sama dengan, jika tidak lebih besar dari, yaitu Haemophilus influenzae. Namun, di Amerika Serikat, angka-angka yang berbeda. Orang dengan alkoholisme merupakan populasi utama di risiko, dan mereka merupakan 66% dari orang yang terkena penyakit ini. Tingkat mortalitas adalah setinggi 50% dan pendekatan 100% pada orang dengan alkoholisme dan bakteremia.
Klebsiellae juga penting dalam infeksi nosokomial antara populasi orang dewasa dan anak. Klebsiellae account untuk sekitar 8% dari semua infeksi yang didapat di rumah sakit. Di Amerika Serikat, tergantung pada studi ditinjau, mereka terdiri 3-7% dari semua infeksi bakteri nosokomial, menempatkan mereka di antara 8 patogen atas di rumah sakit. Klebsiellae menyebabkan sebanyak 14% kasus bakteremia primer, kedua hanya sebagai Escherichia coli penyebab sepsis gram negatif. Mereka mungkin mempengaruhi situs tubuh, tetapi infeksi pernapasan dan UTI mendominasi.







                                                                   





BAB III
     PEMBAHASAN

A. Sistem Binomial dan klasifikasi
kingdom                      :           Bakteria
Phylum                                    :           Proteobakteria
Class                            :           Gama Proteobakteria
Ordo                            :           Enterobakteriales
Familly                                    :           Enterobakteriaceae
Genus                          :           Klebsiella
Spesies                         :           Klebsiella pneumonia
                                      
Genus Klebsiella di bagi atas beberapa strain penting yang  sering  berupa infeksi Oportunistik bagi manusia,diantaranya :
1.      K. pneumonia
2.      K. ozaena
3.      K. rhinoscleromatis
4.      K. oxytoca
5.      K. planticola
6.      K. terrigena
7.      K. ornitinolitika
8.      K. singaporensis
9.      K. variicola
10.  K. senegalensis
11.  K. miletis
12.  K. aerogenes




B. Sejarah Klebsiella pneumonia
Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup pada  ( 1853 – 1938 ) .Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara pewarnaan bakteri secara gram,dan berhasil mengamati Klebsiella pneumonia dan Streptococcus pneumonia pada tahun 1884.Kemudian bakteri tersebut berhasil di identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan jerman bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun ( 1831 – 1913 ) yang kemudian memperkenalkan Bakteri ini,dan  diberi nama Klebsiella sesuai namanya.

C.     Morfologi
            Berbentuk batang,Gram negatif,bersifat Aerob fakultatif,tidak mampu berbentuk spora,tidak dapat bergerak dengan bebas dan Mempunyai kapsul yang tersusun dari  Polisakarida sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas Bakteri ini.

D.        Sifat Pertumbuhan
         Coliform dapat didefinisikan sebagai golongan bakteri dengan ciri gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif, memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada pengeraman 35-37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.
E. Sifat mutualistk dan komensalistik
            Klebsiella merupakan hampir sebagian besar spesiesnya hidup sebagai flora normal,dan dapat menjelajahi kulit,Faring dan saluran cerna seperti mikro organisme lainnya, K.aerogenes menggunakan L-glutamine sebagai metabolit dalam metabolism nitrogen.Nitrogen amida dari glutamine adalah penting dalam biosintesis asparagin, glukosamin 6-fofat, triptofan, histidin, fosfat karbamil, p-amino benzoate, adenosine, 5-monofosfat, sitosin 5-trifosfat, guanosin 5-monofosfat, glutamate dan asam amino lainnya.Kelompok alpha-ami no glutamine juga di transferkan ke asamalfa-keto dalam reaksi transaminase.Semua reaksi ini memungkinkan reaksi biosintesis untuk asimilasi NH3 ke semua asam amino.Sehingga dapat bersifat mutualistik dan komensalistik karena pada tanah dapat juga beker ja memfiksasi Nitrogen untuk kesuburan tanaman.
           

F. Sifat oportunistik
            Pada dasarnya  pertahanan terhadap invasi bakteri tergantung pada fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear dan efek bakterisidal serum. Bakteri mengatasi imunitas host bawaan melalui beberapa cara. Mereka memiliki kapsul polisakarida, yang merupakan penentu utama patogenisitas mereka. Kapsul ini terdiri dari polisakarida asam kompleks. lapisan besar Its melindungi bakteri dari fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear. Selain itu, kapsul bakteri mencegah kematian disebabkan oleh faktor serum bakterisidal. Lipopolysacarida (LPS) merupakan faktor lain patogenisitas bakteri. Mereka mampu mengaktifkan pelengkap, yang menyebabkan deposisi selektif C3b ke molekul LPS di lokasi yang jauh dari membran sel bakteri. Hal ini menghambat pembentukan kompleks serangan membran (C5b-C9), yang mencegah kerusakan membran dan kematian sel bakteri.
             Orang-orang berisiko tinggi dalam hal nosokomial infeksi adalah  laki-laki yang lebih tua dengan alkoholisme, diabetes, atau penyakit bronkopulmonalis kronis.
Faktor risiko pada pneumonia sangat sering,dan dapat di bedakan menjadi dua :  
 1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh  
     Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta bronkiektasis  
 2. Faktor eksogen antara lain :  
 a. Pembedahan :    
     Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu   torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%).

b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
c.  Peralatan terapi pernapasan kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri    Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit      
 • Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
• Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll.
G Patogenesis dan Patologi
            Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi dari semua serotipe tampaknya serupa.
            Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.     


Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat.
 Pasien biasanya hadir dengan onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala seperti flu, dan batuk produktif dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-biruan kadang-kadang disebut dahak jeli kismis.
Sebuah kecenderungan meningkat ada ke arah pembentukan abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura.
 Kebanyakan penyakit paru disebabkan oleh K.pneumoniae  dalam bentuk bronkopneumonia atau bronkitis. Infeksi ini biasanya didapat di rumah sakit dan memiliki presentasi yang lebih halus.  
 Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanjut
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien
3. Hematogenik
4. Penyebaran langsung
H. Daerah penyebaran
 Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang mempunyai lingkungan jelek.
            Di beberapa bagian dunia, K pneumoniae merupakan penyebab penting pneumonia komunitas-diakuisisi pada orang tua. Studi yang dilakukan di Malaysia dan Jepang memperkirakan laju insiden pada orang tua untuk menjadi 15-40%, yang sama dengan, jika tidak lebih besar dari, yaitu Haemophilus influenzae. Namun, di Amerika Serikat, angka-angka yang berbeda. Orang dengan alkoholisme merupakan populasi utama di risiko, dan mereka merupakan 66% dari orang yang terkena penyakit ini. Tingkat mortalitas adalah setinggi 50% dan pendekatan 100% pada orang dengan alkoholisme dan bakteremia.

Klebsiellae juga penting dalam infeksi nosokomial antara populasi orang dewasa dan anak. Klebsiellae account untuk sekitar 8% dari semua infeksi yang didapat di rumah sakit. Di Amerika Serikat, tergantung pada studi ditinjau, mereka terdiri 3-7% dari semua infeksi bakteri nosokomial, menempatkan mereka di antara 8 patogen atas di rumah sakit. Klebsiellae menyebabkan sebanyak 14% kasus bakteremia primer, kedua hanya sebagai Escherichia coli penyebab sepsis gram negatif. Mereka mungkin mempengaruhi situs tubuh, tetapi infeksi pernapasan.
I. Pengobatan
             Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibatl. Secara umum, terapi awal pasien dengan bakteremia mungkin adalah empiris.. Pemilihan agen antimikroba spesifik tergantung pada pola-pola kerentanan setempat.. Setelah bakteremia dikonfirmasi pengobatan dapat dimodifikasi.
            Pengobatan dengan aktivitas intrinsik yang tinggi terhadap K pneumoniae harus dipilih untuk pasien sakit parah. Contoh obat tersebut termasuk sefalosporin generasi ketiga (misalnya, cefotaxime, ceftriaxone), carbapenem,ddengan nama genaeriknya( imipenem / cilastatin), aminoglikosida (misalnya, gentamisin, amikasin), dan kuinolon.Obat-obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau terapi kombinasi. Beberapa ahli menyarankan menggunakan kombinasi dari aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga sebagai pengobatan. Lainnya tidak setuju dan merekomendasikan monoterapi. Aztreonam dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap antibiotik beta-laktam. Kuinolon juga pilihan pengobatan yang efektif untuk rentan isolat pada pasien, baik alergi carbapenem atau alergi beta-laktam.
 Antibiotik lain yang digunakan untuk mengobati rentan isolat termasuk ampisilin / sulbaktam, piperasilin / tazobactam, tetrakarsilin / klavulanat, seftazidim, sefepim, levofloxacin, norfloksasin, gaitfloxacin, moksifloksasin, meropenem, dan ertapenem.





































ARCLATE ®
 Merupakan pengobatan terhadap spectrum luas yang sudah sering di pilih oleh dokter.
KOMPOSISI :
Tiap tablet salut selaput ARCLATE® - 50 mengandung,
Doxcycycline Hyclate setara dengan Doxycycline .......... 50 mg
Tiap tablet salut selaput ARCLATE® - 100 mengandung,
Doxcycycline Hyclate setara dengan Doxycycline .......... 100 mg
CARA KERJA OBAT :                        
ARCLATE® termasuk golongan tetracycline yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein dari mikroorganisme.
ARCLATE® mempunyai spektrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik.
INDIKASI :
Untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang sensitif, diantaranya adalah :
 Infeksi saluran nafas (Pneumonia dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah lainnya yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Pneumoniae yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae), sinusitis, bronkitis kronik.
 Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Klebsiella Sp., Enterobacter Sp., Escherichia coli, Streptococcus faecalis.
 Infeksi kulit : acne vulgaris.
 Penyakit kelamin : Infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis termasuk uretra yang tidak terkomplikasi, infeksi rektal atau endoservikal. Urethritis non gonococcal yang disebabkan oleh Ureplasma urealiticum (T Mycoplasma).
- Chancroid dan infeksi yang disebabkan oleh Calymmato-bacterium granulomatis.
- Obat alternatif dalam pengobatan gonorrhoea dan syphilis.
- Infeksi Rickettsiae.
- Infeksi mata yang disebabkan oleh gonococci, Staphylococci dan Haemophilus influenzae.
- Infeksi saluran percernaan.
KONTRA INDIKASI :
Penderita yang hipersensitif terhadap golongan tetracycline, anak-anak dibawah umur 8 tahun, wanita hamil dan menyusui.
EFEK SAMPING :
Gangguan saluran pencernaan termasuk muntah-muntah dan diare, mual, anoreksia, glossitis, dysphagia, enterocolitis, lesi inflamasi pada daerah anogenital, oesophagitis, dermatitis, urtikaria, angioneurotic oedema, erythematous rash dan gejala-gejala alergi dapat terjadi sewaktu-waktu.
Beberapa penderita yang peka dapat mengalami fotosensi-tivitas pada waktu kena sinar matahari.
Ginjal : Kenaikan kadar urea darah.
Darah : Anemia hemolitik, thrombocytopenia, neutropenia, eosinophilia.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
 Seperti derivat tetracycline lainnya ARCLATE® juga dapat menimbulkan pewarnaan coklat pada gigi yang bersifat permanen, oleh karena itu tidak dianjurkan pemberiannya pada anak dibawah umur 8 tahun.
 Hati-hati pemakaian pada penderita dengan kerusakan hati dan penderita yang sedang mendapat obat-obatan yang bersifat hepatotoksik.
 Dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri yang peka termasuk fungi. Bila terjadi superinfeksi hentikan pemberian dan ganti dengan pengobatan yang sesuai.
 Pada pemakaian jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik terhadap sistem organ termasuk hematopoeitic, ginjal dan hati.
INTERAKSI OBAT :
 Absorpsi golongan tetracycline dengan cara pemberian melalui oral dapat terganggu bilamana diberikan bersama-sama dengan susu dan mineral-mineral seperti Ca, Al, Mg, Fe dan NaHCO3 tetapi pada ARCLATE® pemakaian bersama-sama dengan produk-produk susu sedikit sekali mengurangi absorpsi.
 Pemberian golongan tetracycline melalui oral atau parenteral bersama-sama diuretik atau metoksifluran dapat menimbul-kan gangguan ginjal.
 Karena tetracycline dapat menekan aktivitas prothrombin dalam plasma penderita yang mendapat antikoagulan perlu dilakukan pengaturan dosis.
 Hindari pemakaian bersamaan dengan penicillin karena dapat terjadi gangguan sifat bakterisid dari penicillin.
 Absorpsi tetracycline dirusak oleh bismuth subsalisilate.
Barbiturat, carbamazepine dan phenytoin mengurangi waktu paruh dari Doxycycline.
ATURAN PAKAI :
 Dewasa dan anak-anak diatas umur 8 tahun dengan berat badan > 45 kg :
200 mg pada hari pertama pengobatan (diberikan sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12 jam), diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau 50 mg setiap 12 jam).
Untuk infeksi yang lebih berat (terutama infeksi kronik saluran urin) :
200 mg sehari sebaiknya diberikan selama jangka waktu pengobatan.
 Anak-anak diatas umur 8 tahun dengan berat badan < 45 kg :
4,4 mg/kg BB/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau terbagi dalam 2 dosis, pada hari pertama pengobatan), diikuti dengan 2,2 mg/kg BB (diberikan dalam dosis tunggal atau terbagi dalam 2 dosis) pada hari berikutnya.
Untuk infeksi yang lebih berat : 4 mg/kg BB/hari.
- Acne vulgaris : 50 mg sehari selama 6-12 minggu.
- Penyakit kelamin : 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
Acute epididymo orchitis yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae : 100 mg 2 kali sehari selama 10 hari.
- Syphilis sekunder dan primer : 300 mg sehari dalam dosis terbagi selama 10 hari.
Dosis harus dikurangi pada pasien yang menderita gangguan hati dan gangguan ginjal yang parah. Pada pengobatan yang agak lama (lebih dari 6 hari) konsentrasi serum harus diperiksa.
Terapi sebaiknya diteruskan sedikit-sedikitnya 24-48 jam sesudah gejala-gejala dan demam reda.
Jika digunakan untuk infeksi streptococcal, terapi sebaiknya dilanjutkan selama 10 hari untuk mencegah perkembangan demam rematik atau glomerulonephritis.
Cara pemberian :
Untuk menghindarkan efek samping (iritasi saluran pencernaan makanan) disarankan pemberian ARCLATE® bersama-sama dengan makanan.
KEMASAN :
ARCLATE® - 50 tablet salut selaput
Dus isi 5 strip @ 10 tablet salut selaput
No. Reg. : DKL 9615610617 A1
ARCLATE® - 100 tablet salut selaput
Dus isi 5 strip @ 10 tablet salut selaput
No. Reg. : DKL 9615610617 B1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan di tempat kering, dibawah
suhu 30º C dan terlindung dari cahaya